Keindahan dibalik kata CUKUP

Assalammu'alaikum sahabatku yang dimuliakan Alloh baik pada hari kemarin , hari ini dan insya Alloh setelahnya. Rasanya sudah sekian lama blog ini tidak mengeluarkan statement dan artikel. Sudah sekian lama pula penulis ini tidak berbagi dan bercengkerama dengan sahabat yang betapa jelas ku merindukan kalian karena Alloh ta'ala.

Sebelumnya, penulis mohon maaf jika ada kesalahan kata, dan tindak tanduk yang kurang berkenan. Dan mari kita gelorakan semangat Islami untuk mengisi bulan Romadhon 1433 H ini agar semakin bermakna dan berarti dengan senyuman di siang hari dan air mata di malam hari.

Sahabat, sebuah cerita kan terhampar dari balik diskusi diri ini dengan seorang sahabat bernama Ucha Rohmana. Atau kita panggil saja kang Ucha. Tubuhnya yang sedikit kurus namun selalu bersemangat, senyumannya yang khas, pertanda begitu lekat dalam persahabatan. Matanya yang sayu namun gelora jiwanya tidak tertahankan. Jiwa yang ingin terus mendekat kepada Alloh.

Beliau menceritakan tentang kehidupannya bersama istri dan anak yang begitu ia cintai karena Alloh ta'ala. Kang Ucha hidup terpisah dengan istrinya, bukan berarti bercerai tetapi memang kehidupanlah yang membuat mereka dipisahkan oleh jarak yang menjulang. Sang istri dan anak  berada di Sumedang sedangkan kang Ucha mengais kehidupan di Bandung. Si mata sayu ini pun hanya bisa pulang melepas rindu seminggu sekali. Menguraikan cintanya yang tertahan dalam badai kerinduan. Rindu akan tangisan anaknya, rindu akan senyuman istrinya.

Awal obrolan ku mulai dengan sebuah pujian "Syekh, antum gaduh istri teh meuni sabarnya. Walaupun hidup terpisah denganmu dan ada dalam kesederhanaan. Saya salut."

Beliau menjawab , "alhamdulillah syekh, saya pun bersyukur akan karunia Alloh telah mengamanahkan dia sebagai istriku. Tahukah engkau ya syekh. Kemarin aku terlambat pulang ke sumedang 8 jam. Ketika ku sampai, istriku berkata dengan menunduk 'A maaf tadi teteh tidak punya uang sama sekali. Sedang Azza(anaknya) sudah memelas minta makan. Maka maaf a... teteh tadi hanya bisa menyuapi dengan nasi campur garam aja.' Syekh, mendengar saya ingin menangis, dalam hati 'Ya Alloh, sungguh hambaMu ini telah berbuat dzolim maka ampunilah diri ini.' Akhirnya saya pun ajak mereka makan sate di luar."

"Subhanalloh syekh" lirihku.

"Tahukah kau syekh, aku yakin kaupun tahu tentang kehidupanku. Kami sangat jarang sekali menemukan lauk pauk berupa daging ayam dalam makanan kami. Suatu saat saya beli ayam goreng ke rumah. Ketika istriku membukanya, tiba-tiba dia menangis terharu dan memelukku, seolah-olah yang kubawa adalah sebongkah berlian. Dan kami pun berada dalam keharuan. Ya Alloh betapa ku yakin ...  bahwa Cukuplah Engkau yang mengisi hati kami dan menjadi pelindung bagi kami."

Subhanalloh, sebuah keluarga sederhana yang begitu pandai bersyukur. Padahal kita pun tahu betapa banyak orang di luar sana yang berada pada kecukupan hidup, namun tidak puas dengan apa yang dia miliki. Keluhan dan rajukan selalu menghiasi hari mereka, pertengkaran sering terjadi antara suami dan istri hanya karena uang harian kurang. Anak sering membantah hanya karena uang jajan berkurang. Masya alloh..... jika saja mereka sadari betapa lebih berharga arti kehadiran Alloh dalam kehidupannya maka itulah harta yang terindah dibandingkan dunia dan seisinya....

Sahabat, marilah kita belajar untuk menghargai apa yang kita miliki. Pandai-pandailah bersyukur. Jangan kau tahan hartamu untuk kau dermakan sebagian. 

Sahabat,....

"Sesungguhnya tidak selamanya kata CUKUP berarti sebuah KEKURANGAN. Tapi sikap kerelaan dalam PENERIMAAN lah yang membuat itu terasa seperti sebuah KEINDAHAN"

0 Comment "Keindahan dibalik kata CUKUP"

Post a Comment