Siswa versus Gurunya

Assalammu'alaikum sahabat, jumpa lagi setelah sekian lama tidak memposting. Sabahat sudah menjadi rahasia umum  bahwa kualitas pendidikan di Indonesia semakin lama semakin menurun. Anda tahu apa faktor utamanya, adalah guru-guru yang tidak bertanggung jawab dan tidak mempunyai keikhlasan dalam mengajar. Astaghfirullah, semoga aku termasuk ke dalam orang-orang yang berserah diri.

Ada sebuah kisah yang luar biasa GILAAAA.
Tahun 2013, seorang sahabatku sebut saja namanya Riki-orang yang menurut aku keren banget-diterima di sebuah Sekolah Dasar IT (Islam Terpadu) -tapi kalo menurutku sih IT itu singkatan dari Infaq  Tinggi hehe-. Begitu senang hatinya ketika dia mendapatkan pekerjaan sebagai guru, pekerjaan yang sudah lama dia cita-citakan. Sayangnya, dia tidak tahu bahwa fakta yang akan dihadapinya lebih buruk dari seonggok daging yang busuk.

Hati senangnya menuntun beliau untuk bekerja sebaik-baiknya, dia begitu ingin melakukan yang terbaik di awal karir yang telah lama didambakannya. Tapi... Apa yang dilihatnya dari hari ke hari adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan impiannya. Hatinya menolak ketika melihat hampir semua guru pulang sebelum waktunya- ayolah disiplin kawan... ini amanah Allah- lirih batinnya. Hatinya lebih menolak ketika hampir yang setiap pembicaraan adalah tentang keluhan dan keluhan gaji, bonus, tunjangan dan lain-lain - ikhlas kawan... balasan Allah lebih besar- hatinya menjerit. Hatinya bahkan lebih menolak ketika guru-guru tidak melaksanakan pengajaran dengan baik, berleha-leha dan tidak peduli dengan siswanya -ayolah kawan inilah generasi penerus kita- hatinya sudah tidak tahan.

Tapi luar biasanya sahabatku ini, dia bertahan dengan keikhlasannya. Dia berfikir walau dengan gaji kecil, dengan kawan-kawan yang tidak cooperatif, dia tetap harus melakukan yang terbaik. Karena fikirnya jika dia melakukan yang terbaik, maka Allah-lah yang akan membatu segala urusannya. Ikhlas-ikhlas-dan ikhlas itulah kunci dari segalanya.

Satu tahun Riki bertahan walau hatinya menjerit. Namun apa yang terjadi di luar dugaan, sekolah malah bertambah maju. Semakin banyak orang tua yang mempercayakan anaknya ke sekolah tersebut. Mereka berfikir bahwa semua guru di SD IT itu seperti Riki. Subhanallah, ini yang terbaik dan bantuan Allah yang terbaik.

Takdir berkata lain, ketika banyak orang tua berfikir Riki adalah figur guru teladan yang akan bertahan selamanya. Allah memberikan kepercayaan yang lebih besar, beliau diterima di Sekolah Dasar Ibnu Sina. Sekolah yang jauh lebih baik, kualitas penghasilan, kurrikulum, guru-guru jauh lebih baik bahkan sangat baik di sana. Dengan berat hati, dia pun memutuskan untuk menerima pekerjaan itu. Dia ingin menjadi guru yang lebih baik di tengah lingkungan yang memang sudah baik. Dan akhirnya memang begitulah kenyataannya. HAPPY ENDING. Karena memang begitulah PERTOLONGAN ALLAH.

Sahabat kalian tahu apa yang terjadi di SD IT sebelumnya, semua FAKTA TERBONGKAR. Muridnya semakin lama semakin berkurang. Orang tua kecewa dengan kualitas guru-gurunya. Bayangkan kelas 5 nya hanya ada 1 siswa. Innalillah. Guru-guru sudah tidak ada lagi yang peduli ke siswanya. Jam 8 baru pada masuk, jam 10 mereka sudah keluar. Gilaa bener-bener gila.

Sahabat, kalian tahu hikmahnya 

Lakukanlah yang terbaik dengan keikhlasan dan istiqomah. Karena apapun yang akan terjadi setelahnya
INILAH YANG TERBAIK
almundzir 2014

0 Comment "Siswa versus Gurunya"

Post a Comment